Surabaya, SEJAHTERA.CO –
Tuku gethuk karo gorengan,
Mie gacoan antrine gak karuan.
ojo ngantuk ayo nang Tunjungan,
Mampir barengan ndelok Pameran
Bait atau parikan (puisi Jawa modern ) di atas, menggambarkan kekhasan sebagian besar warga Kota Surabaya atau Suroboyo.
Parikan sampai saat ini juga masih terus berkumandang lewat sebagian warga Surabaya, apalagi masih langgengnya pelawak legendaris Cak Kartolo.
Karena itu, parikan juga digunakan (ajakan) Goedang Loekisan yang berkolaborasi dengan Komunitas Garis Gathuk saat menggelar pameran lukisan.
Pameran lukisan yang digelar Goedang Loekisan dan Komunitas Garis Gathuk Surabaya bertajuk “Jejak Waktu dalam Goresan,”.
Pameran lukisan ini merupakan atau sebuah perayaan visual dalam rangka memperingati ulang tahun ke-114 Hotel Majapahit Jalan Tunjungan Surabaya.
Setiap lukisan akan mengajak apresian menelusuri sejarah dan keindahan Hotel Majapahit atau dulunya dikenal dengan Hotel Yamato, melalui mata para pelukis.
Selain menggabungkan berbagai gaya dan teknik melukis yang mencerminkan keragaman ekspresi, sekaligus menyoroti keanggunan dan warisan bersejarah dari Hotel Majapahit yang telah menjadi ikon kota Surabaya ini.
Judul pameran di Hotel Majapahit “Jejak Waktu dalam Goresan”, kata Ketua Komunitas Garis Gathuk, Budi Bi, mengandung makna yang filosofis dan mendalam.
Setiap goresan kuas, kata pria yang akrab dengan rambut gondrongnya, bagaikan jejak waktu, mencatat momen dan kejadian yang tak terulang.
Melalui pilihan objek serta warna, para pelukis menangkap esensi dari Hotel Majapahit, mengabadikan keindahan dan sejarahnya dalam bentuk visual yang abadi.
“Pameran ini menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini, di mana setiap karya adalah pengingat akan perjalanan waktu yang tak terelakkan, namun selalu meninggalkan jejak yang dapat kita nikmati dan renungkan,” kata Budi Bi, Jumat (7/6/2024).
Sementara itu, Zainal Abidin, Ketua Pelaksana Pameran & Pemilik Goedang Loekisan, mengatakan bahwa keunikan pameran ini terletak pada proses kreatif yang dilakukan oleh para pelukisnya.
Sebanyak 15 pelukis telah melukis secara langsung, on the spot, mengambil inspirasi dari berbagai sudut ruangan dan taman di dalam Hotel Majapahit.
Para pelukis mengabadikan keindahan, suasana, dan detail-detail tersembunyi dari Hotel Majapahit ini dengan gaya dan interpretasi masing-masing.
“Proses ini tidak hanya memberikan tantangan artistik dan spontan bagi para pelukis, tetapi juga menghadirkan pengalaman yang autentik bagi para pengunjung yang menyaksikan karya-karya tersebut,” kata Zainal Abidin.