Bandung, SEJAHTERA.CO – Kejutan. Indonesia, melalui Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) menemukan “tambang” gas hidrogen.
Penemuan tambang gas hidrogen ini berada di daerah One Pute Jaya, Kabupaten Morowali dan Tanjung Api, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah.
Dari sumber gas hidrogen ini diharapkan mampu memberikan manfaat besar dalam mendukung program “Net Zero Emission” yang dicanangkan Indonesia pada 2060.
Perubahan iklim adalah tantangan besar yang harus dihadapi oleh seluruh umat manusia di belahan dunia ini.
Kenaikan suhu global, cuaca ekstrem, kenaikan permukaan laut, dan perubahan ekosistem adalah masalah serius yang sedang dihadapi dunia saat ini.
Untuk menghadapinya, upaya global terus menerus dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan menggantikan bahan bakar fosil dengan sumber energi yang lebih bersih.
Pengembangan dan pemanfaatan energi bersih seperti gas hidrogen menjadi langkah penting dalam mengatasi perubahan iklim.
Bahan bakar hidrogen adalah bahan bakar revolusioner. Saat ini menjadi perhatian global karena potensinya untuk menyediakan sumber energi bersih tanpa menghasilkan emisi gas rumah kaca yang merusak lingkungan.
Namun, produksi hidrogen konvensional sering kali mahal dan memerlukan konsumsi energi yang besar.Selain dari proses manufaktur, ternyata hidrogen juga dapat terbentuk secara alami oleh proses geologi.
Selama ini, hidrogen alami dianggap tidak dapat terakumulasi di alam, akan tetapi temuan akumulasi hidrogen alami di Bourekebogou, Mali, mematahkan asumsi tersebut.
“Hal ini mendorong perlombaan untuk menemukan hidrogen yang terakumulasi secara geologis di berbagai belahan dunia,” kata Kepala Pusat Survei Geologi Badan Geologi Kementerian ESDM, Edy Slameto di Bandung (25/6).
Edy menjelaskan, hidrogen alami dapat dihasilkan dari beberapa proses geologi, salah satunya adalah “serpentinisasi”.
Proses ini terjadi akibat reaksi batuan ultramafik dengan air pada suhu dan tekanan tertentu untuk menghasilkan mineral serpentin dan gas hidrogen.
Batuan ultramafik ini sendiri merupakan bagian dari ofiolit yaitu fosil kerak samudera yang terangkat ke permukaan akibat proses tektonik jutaan tahun yang lalu.
“Sebaran batuan ofiolit yang luas di Indonesia terdapat di wilayah Kalimantan Selatan, Sulawesi, Halmahera, dan Papua,”jelas Edy.
Berdasarkan survei awal yang dilakukan Badan Geologi, Kementerian ESDM ditemukan potensi hidrogen alami di Sulawesi Tengah yang memiliki sebaran batuan ultramafik yang paling luas di Indonesia.
Badan Geologi pada tahun 2023 melakukan survei pendahuluan di daerah One Pute Jaya, Kabupaten Morowali, dan Tanjung Api, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah untuk mengidentifikasi adanya potensi hidrogen alami.