Tulungagung, SEJAHTERA.CO – Pada semester pertama tahun 2024, secara mengejutkan untuk yang pertama kalinya, Kabupaten Tulungagung justru mengalami deflasi. Diketahui, terjadinya deflasi ini berdasarkan penghitungan inflasi yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Tulungagung.
Pj Bupati Tulungagung, Heru Suseno mengatakan, sebenarnya jika dihitung berdasarkan inflasi dari tahun ke tahun mengalami kenaikan 3,8 persen. Namun angka itu justru tidak bisa dijadikan acuan karena tahun lalu, Tulungagung tidak menghitung inflasinya sendiri.
Pasalnya, saat itu penghitungan inflasi Kabupaten Tulungagung masih ikut Kota Kediri dengan alasan kesamaan terhadap kondisi perekonomiannya. Dengan begitu, pihaknya merasa jika angka tersebut bukanlah angka riil yang terjadi di Tulungagung.
“Beberapa tahun lalu, Kabupaten Tulungagung masih ikut penghitungan inflasi dengan Kota Kediri, jadi tidak bisa disebut sebagai angka riil,” kata Heru Suseno, Rabu (5/6/2024).
Sedangkan pada tahun 2024 ini, ungkap Heru, Kabupaten Tulungagung sudah mulai melakukan penghitungan inflasi secara mandiri yang melalui TPID. Berdasarkan penghitungan inflasi dari bulan ke bulan, saat ini justru terjadi deflasi sebanyak 0,4 persen.
Deflasi sendiri merupakan penurunan harga, yakni Januari 2024 sampai Maret 2024 sempat terjadi kenaikan harga kebutuhan pokok. Namun pada dua bulan terakhir, harga kebutuhan pokok di Tulungagung mulai mengalami penurunan.
“Kalau berdasarkan penghitungan inflasi dari bulan ke bulan, saat ini sudah terjadi deflasi sebanyak 0,4 persen. Langkah penanganan TPID untuk mengatasi inflasi melalui operasi pasar sudah cukup bagus,” ungkapnya.
Heru menyebut, harga beras mempengaruhi terjadinya inflasi di Kabupaten Tulungagung. Bahkan meski kenaikan harga beras hanya senilai Rp 500 per kilogram, hal itu bahkan bisa memicu terjadinya inflasi.